(Review) Night in Paradise (2021)

Park Hoon-jung kembali dengan karya bombastisnya setelah sukses dengan The Witch Part 1. Subversion bersama Choi Woo-shik dan Kim Da-mi. Mungkin kali ini gue akan sedikit lebih subjektif dalam melihat film ini. Alasannya karena Park Hoon-jung adalah sutradara salah satu film Korsel favorit gue, New World (2013) dan jajaran pemeran utama yang gue kagumi. Gue bahkan menonton film ini tanpa banyak pertimbangan. Melihat nama mereka saja sudah cukup jadi alasan.

Night in Paradise sejak awal sudah menarik perhatian gue. Bahkan film Park satu ini sempat menghebohkan gelaran 77th Venice International Film Festival pada 3 September 2020 lalu. Noir ‘gila’ besutan Park Hoon-jung ini memang cukup berkesan buat gue, kendati belum bisa menggantikan posisi New World di hati dan pikiran gue.

 



Kita mulai dari mana, ya.

 

Night in Paradise menceritakan misi balas dendam Park Tae-goo (Um Tae-goo) yang justru memulai peperangan baru di antara kedua geng besar. Pada awalnya, Tae-goo berniat untuk mengakhiri ‘karirnya’ sebagai seorang gangster dan ingin mengurus kakak perempuannya yang sakit dan menjaga keponakannya. Namun di perjalanan menuju rumah, kakak dan keponakannya terlibat dalam kecelakaan lalu lintas yang konon sudah diatur oleh seseorang. Tae-goo, dibantu oleh Bos Yang (Park Ho-san) untuk membalas dendam kepada orang yang diduga telah merenggut nyawa kakak dan keponakannya itu, Chairman Doh (Son Byong-ho). Tae-goo membunuh Chairman Doh beserta pengawalnya di sebuah sauna. Hal itu membuat Bos Ma (Cha Seung-won) murka. Dia mulai mengerahkan orang-orangnya untuk menghabisi kelompok Yang, dan tentu saja Tae-goo.

Tae-goo pergi ke Pulau Jeju untuk mempersiapkan pelariannya ke Vladivostok. Di sana Tae-goo bertemu Jae-yeon (Jeon Yeo-bin), perempuan yang putus asa dengan hidupnya yang ternyata keponakan dari orang yang ditujunya, Kuto, seorang pemasok senjata yang sangat terkenal di bidangnya. Mereka akhirnya terlibat dalam parade kejar-kejaran antara Geng Ma dan Yang, juga pertumpahan darah.

Pertama-tama, gue akan menyebutkan hal-hal yang paling gue suka di film ini. Penuturan Park yang luwes membuat film ini tidak episodik dan nyaman diikuti aliran plot-nya. Gue sama sekali tidak keberatan dengan alur cerita dari awal hingga akhir. Barangkali para pencinta film noir dan tema brotherhood di kelompok gangster akan sangat menikmatinya. Secara naratif film ini tidak terlalu ambisius namun jauh dari kesan apa adanya. Skenario Night in Paradise ini kalau diibaratkan sebagai orang, mungkin sudah menempuh pendidikan tinggi sampai doktoral: dewasa, penuh persiapan, dan rapi. Salah satu yang gue kagumi dari Park Hoon-jung adalah caranya meramu elemen dramatis dengan pas tanpa mereduksi ketegangan di film ini sedikit pun. Meski berdarah-darah dan penuh aksi, kita tetap mendapatkan pengalaman menonton drama yang mengharukan. Meskpun gue tidak yakin ending film ini bisa diterima oleh semua orang. Gue pribadi merasa ending-nya sudah cukup bijak.

Dari aspek visual, film ini menyajikan lanskap Pulau Jeju yang indah dan kesan laut yang terasa. Belum lagi ketika Park mencoba mengenalkan kepada kita makanan khas di Jeju, mulhoe lewat karakter Jae-yeon dan Tae-goo. Scene ini beneran bikin gue laper (apakah ini efek puasa?). Gue sangat mengapresiasi departemen editing yang menjahit satu scene ke scene lainnya dengan presisi. Namun gue agak terganggu dengan visual effect ketika gudang Kuto dibakar. Entah mata gue yang salah lihat atau bagian itu memang mengganggu pemandangan. Di luar itu, semuanya kece.

Salah satu aspek terkuat dalam Night in Paradise adalah karakterisasi yang mendalam. Jajaran karakter utama menampilkan kedalaman yang menarik. Masing-masing memiliki pesona tersendiri yang bikin kita betah nonton film ini berapa kali pun. Gue harus berterima kasih sebesar-besarnya kepada Um Tae-goo, Jeon Yeo-bin, Cha Seung-won dan pemeran pendukung lainnya (bahkan ekstras) karena telah menampilkan akting ciamik dan impresif.

 


Sebelum beralih ke skor, biarkan gue menyampaikan perasaan gue terhadap scene-scene favorit dalam film ini, yang kebanyakan scene favorit ini menyorot karakter yang diperankan Jeon Yeo-bin, Jae-yeon.

 

Pertama, scene pertemuan Bos Yang, Bos Ma, dan Kapten Park. Kita diperlihatkan bagaimana Kapten Park mencoba mendamaikan kedua kelompok geng yang berseteru. Sejujurnya ini mengingatkan gue kepada The Outlaws.

 

sumber: Netflix

Kedua, scene Tae-goo bersama kakak dan keponakannya sebelum kecelakaan terjadi. Scene ini menunjukkan bahwa bahkan seorang gangster yang ditakuti pun bisa menjadi seorang family man.

 

sumber: Netflix


Ketiga, scene Jae-yeon latihan menembak. Scene ini powerful banget. Menunjukkan betapa depresifnya seorang Jae-yeon.

 

sumber: Netflix

Keempat, scene kejar-kejaran dari bandara sampai ke gudang milik Kuto.

 

sumber: Netflix

 

Kelima, scene di mana Bos Ma mengadu domba Bos Yang dan Tae-goo.

 

sumber: Netflix

Keenam, ending scenes. Ketika Jae-yeon membantai habis semua gangster di restoran. Juga saat dia bunuh diri.

 

sumber: Netflix

Gue jamin, Night in Paradise tidak akan mengecewakan.

 

Skor: 8/10

Post a Comment

0 Comments