Adoration (2019), Kenaifan Remaja dalam Memandang Cinta

Directed by Fabrice Du Welz

Starring Thomas Gloria, Fantine Harduin



Adoration (2019) merupakan film Belgia-Perancis yang penayangan pertamanya dilalukan pada perhelatan Festival Film Locarno 2019.


Kekaguman terhadap seseorang memang bisa membutakan segalanya. Apapun yang terjadi, jika cinta sudah menetap di dada, segala hal akan dilakukan untuk melindungi orang yang kita cintai. Sebab cinta bisa membuat kepercayaan dan keraguan sulit dibedakan. Bahkan cinta itu sendiri bias. Inilah yang terjadi pada bocah 12 tahun yang jatuh cinta kepada Gloria, pasien rumah sakit jiwa di mana ibunya bekerja.

Film ini menceritakan tentang Paul yang berusia 12 tahun, hidup terisolasi dengan ibunya, yang bekerja di rumah sakit jiwa swasta di hutan dekat rumah mereka. Suatu hari, Paul bertemu dengan seorang remaja muda bernama Gloria, seorang pasien baru yang misterius yang dengan cepat membuatnya tergila-gila. Saat mereka mulai menjalin persahabatan, Gloria meyakinkan Paul untuk membantunya melarikan diri. Namun dalam pelarian yang berbahaya, pengabdian Paul diuji saat kondisi kejiwaan Gloria semakin parah.

Adoration (2019) bisa dikatakan sebagai film coming of age dengan cerita yang gelap serta pendekatan yang menurut gue cukup sadis untuk film yang karakter utamanya remaja. Adoration (2019) sejak babak awal memang sudah menunjukkan "kegelapan" lewat tone kelabu yang kerap digunakan untuk film-film thriller dan suasana mencekam yang didukung oleh sound effect yang pelan namun terdengar penuh kegelisahan.

Pesan utama yang bisa gue baca dari film ini adalah soal pemujaan atau kekaguman terhadap sesuatu/seseorang yang obsesif tetapi membingungkan. Terlebih karakter utama film ini adalah bocah yang baru beranjak menjadi remaja. Tentu saja secara emosional kerap berubah-ubah, terutama dalam memandang kekaguman. Mereka melihat kekaguman dan kepercayaan dari sudut yang sangat sempit.

Kendati, film ini juga memotret kegilaan-kegilaan yang mungkin saja terjadi pada anak usia 12 tahunan saat mereka "jatuh cinta". Paul yang mengagumi kecantikan Gloria selalu terjebak dalam "sihir" cinta. Sementara Gloria, yang memiliki masalah kejiwaan, sulit mengendalikan dan menempatkan diri. Dia kerap sulit membedakan mana dunia nyata, mana dunia yang dia ciptakan sendiri: dunia yang penuh kegelisahan dan ketakutan. Kompleks.

Gue cukup terkejut akan keberanian Fabrice Du Welz selalu sutradara sekaligus penulis dalam menggambarkan kisah cinta penuh kebingungan itu. Adegan-adegan mesra yang terlalu dewasa antara Paul dan Gloria harus disikapi secara dewasa oleh penonton. Sudah selayaknya memang film ini dilabeli "dewasa" meski menceritakan dua orang remaja kasmaran yang ingin lepas dari cengkeraman dunia.

Film ini menampilkan kesederhanaan, tetapi tidak melupakan aspek artistiknya. Sinematografi film ini sangat memanjakan mata. Meski berlatar hutan, Adoration (2019) berkat kepiawaian sang nakhoda mampu menawarkan keindahan alam yang surgawi. Terutama pemandangan sungai pada babak akhir film—luar biasa.

Namun gue sebetulnya agak terganggu dengan adegan-adegan dewasa—meski ditunjukkan secara implisit—yang diulang beberapa kali. Ketegangan seksual yang tidak gue harapkan. Alasan pertama adalah karena kedua pemeran masih di bawah umur. Kedua, untuk menunjukkan bahwa mereka sedang dimabuk cinta, gue rasa ada cara lain yang lebih aman. Ah, ini sangat subjektif. Karena sebetulnya Fabrice memang berniat jor-joran dalam mendongengkan kisah ini. Lagipula, pendapat gue akan kontradiktif dengan adegan Gloria membakar rumah kapal dan adegan pembunuhan di babak akhir film.

Film ini akan membawa penonton ke petualangan yang misterius, membingungkan, dan tak berujung. Seperti yang Gloria katakan, bahwa dia ingin Paul mengantarnya ke rumah sang Kakek yang berjarak 10 ribu kilometer. Mustahil. Bahkan sampai akhir, kita tidak diberi penjelasan apakah Kakek Gloria benar-benar ada, apakah pamannya benar-benar ingin membunuhnya, atau itu hanya delusi yang diciptakan oleh Gloria sendiri.

Namun jelas, film ini ingin mengatakan bahwa rasa kagum bisa mengkhianati diri kita sendiri. Kita akan punya dua pilihan, hidup dengan kekaguman itu, atau meninggalkannya. Bagi Paul yang masih bocah, Gloria adalah segalanya. Apapun yang gadis itu katakan, tidak ada pilihan selain percaya. Bagi Paul, bagaimanapun keadaan Gloria, dia akan tetap di sampingnya.

Skor: 7,5/10


Post a Comment

0 Comments