10 K-DRAMA TERBAIK 2021

Ini akan menjadi pertama kali bagi saya mendaftar 10 K-Drama terbaik dalam setahun. Tahun 2021 memiliki banyak K-Drama luar biasa. Dan, yang paling penting, K-Drama mulai merambah ke tema-tema dan konsep-konsep yang segar, sehingga penggemar memiliki banyak pilihan. Tentu keragaman ini perlu dirayakan bersama. Sebagai disclaimer, daftar ini dibuat berdasarkan opini pribadi penulis. Oleh karena itu, mohon untuk tidak mengganggu-gugat. Jika kawan-kawan memiliki daftar pribadi, lebih baik kita berdiskusi di kolom komentar.

Saya membuat daftar ini setelah mempertimbangkan beberapa hal seperti teknis, narasi, tema, konsep, dan yang paling penting adalah kenyamanan saya saat menonton.

Baiklah, saya akan memulai daftar ini dari urutan pertama.




#1 Deserter Pursuit/D.P (Netflix)

Deserter Pursuit membuktikan bahwa K-Drama juga bisa menjadi alat kritik yang ampuh dalam menyoal isu-isu sensitif. Ini menjadi pertimbangan final saya untuk menempatkan Deserter Pursuit sebagai K-Drama terbaik tahun ini. Hampir semua drama dalam daftar 10 besar memiliki kualitas yang sama baiknya. Namun, DP memiliki nilai lebih dalam mengangkat isu kekerasan dalam militer di Korea Selatan. Selain itu, DP tidak dikemas secara serampangan—seperti yang beberapa drama lakukan—dan tanpa dramatisasi yang kebablasan. Kepekaan kreator dalam mengambil momen juga menjadi kekuatan DP. Tidak heran kalau drama ini mampu menggerakkan penonton dan memperluas percakapan tentang kekerasan dalam militer. Drama ini juga—pada puncak pengaruhnya—menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan penguasa.


#2 Hospital Playlist 2 (tvN)

Hospital Playlist selalu menjadi drama yang akan saya pilih jika orang bertanya tentang drama terfavorit. Hospital Playlist juga merupakan karya terbaik yang ditulis Lee Woo-jung. Saya melihat ada perkembangan yang konsisten sejak Reply 1997 dirilis. Naskahnya semakin baik seiring drama yang beliau tulis. Hospital Playlist 2 bisa dibilang sekuel K-Drama terbaik yang pernah ada. Alih-alih membuat sekuel yang ambisius dan berusaha menjadi lebih baik dari pendahulunya, Hospital Playlist 2 justru tidak memiliki perbedaan yang begitu jauh dari segi kualitas. Lee Woo-jung tetap dengan gaya penuturannya yang khas dan mengangkat tema-tema keseharian yang relevan. Eksplorasi tema tersebut yang membuat saya betah menonton Hospital Playlist. 


#3 Hellbound (Netflix)

Hellbound langsung mendapatkan hati saya sejak episode pertama. Drama ini adalah salah satu rilisan Netflix terbaik tahun ini. Tidak ada sedikit pun keraguan bagi saya untuk menyebut Hellbound sebagai karya penyutradaraan terbaik Yeon Sang-ho di samping Train to Busan. Meski Hellbound sebuah karya alihwahana, Yeon Sang-ho tidak begitu saja menyadurnya. Hellbound versi serial memiliki aspek-aspek naratif yang menguatkan sumber aslinya. Mulai dari simbolisme sampai cara drama ini menggambarkan masyarakat. Juga, meski isu yang diangkat sangat sensitif di tengah masyarakat yang konservatif, Hellbound pada akhirnya tidak menghakimi pihak mana pun.


#4 Move to Heaven (Netflix)

Move to Heaven terinspirasi dari esai yang ditulis oleh pembesih TKP, Kim Sae-byul, berjudul "Things Left Behind". Drama ini menceritakan sebuah pekerjaan yang jarang kita dengar, tetapi sebetulnya dibutuhkan orang-orang tertentu.  Sepanjang 10 episode kita diajak berkelana mengunjungi kisah-kisah orang yang telah tiada. Belum lagi, sebagian besar kisah itu datang dari berbagai masalah sosial dan ketidakadilan yang melibatkan mendiang. Move to Heaven memang sejak awal ditujukan untuk menjadi drama yang tearjerker dan itu berhasil. Naskah yang ditulis oleh penulis Boys Over Flowers sangat solid. Namun, alih-alih menjadi drama yang menyesakkan, Move to Heaven justru melegakan dan memberi penonton ruang untuk berkontemplasi.


#5 Taxi Driver (SBS)

Taxi Driver barangkali adalah yang paling seru di antara drama dalam daftar ini. Taxi Driver juga membuktikan bahwa tahun 2021 merupakan tahunnya karya adaptasi Webtoon. Drama ini berhasil meraih hati penonton sejak episode pertamanya rilis. Selain dibintangi oleh aktor papan atas seperti Lee Je-hoon, Kim Eui-sung, dan Esom, Taxi Driver juga memiliki kualitas yang bagus (meskipun sempat mengganti penulis utama). Segmen-segmen dalam Taxi Driver diambil dari peristiwa nyata yang terjadi di Korea Selatan dan tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh negara. Hal itu menjadi penguat kritik yang dilontarkan Taxi Driver kepada negara. Berbeda dengan drama adaptasi lainnya, Taxi Driver memilih untuk membedakan diri dari sumber aslinya dalam hal plot. Saya pribadi lebih suka versi drama karena tetap konsisten mempertahankan narasi balas dendam yang menjadi ruh drama ini. Selain itu, pihak protagonis tidak mengkhianati usaha mereka dengan terjun ke jurang yang sama dengan aparatur negara. 


#6 Navillera (tvN)

Satu lagi drama yang menghangatkan kita di tahun 2021 yang ambyar ini. Drama Korea memang sering kali bercerita tentang profesi. Namun, Navillera menceritakan sebuah profesi yang jarang diangkat ke layar kaca, Ballerino. Navillera bukan sekadar drama tentang perjuangan mengejar mimpi, tetapi juga tentang penerimaan dalam hidup. Navillera juga dengan tegas mendukung penolakan terhadap toxic masculinity (meski tida secara gamblang dibicarakan). Hal itu tercermin dari karakter utama yang ingin menjadi ballerino. Masyarakat mungkin akan memandang bahwa ballet hanya untuk perempuan. Drama ini menentang stereotip tersebut. Dan, yang paling penting adalah drama ini memberi kesan yang nyaman saat menonton.


#7 Beyond Evil (jtbc) 

Beyond Evil menjadi satu-satunya drama thriller detektif yang berada dalam daftar ini. Mengejutkan karena saya hampir tidak pernah memilih drama sejenis sebagai favorit (kecuali Signal dan Tunnel). Beyond Evil tidak seperti kebanyakan drama sejenis yang grasak-grusuk dan cuma mengandalkan twist murahan. Beyond Evil kuat secara naratif dan dalam mengungkap misterinya, Beyond Evil memilih untuk pelan-pelan, tetapi sama sekali tidak mengurangi keseruan. Selain itu, secara visual, drama ini juga bagus. Coba bandingkan dengan drama sejenis, sering kali drama-drama begini dibuat kelam tetapi hasilnya suram.


#8 Squid Game (Netflix)

Menjadi sensasi dalam semalam, Squid Game semakin menegaskan kalau Netflix sangat baik dalam membuat K-Content genre ini. Meskipun plotnya amat generik, Squid Game tetap bisa berdiri di atas kaki sendiri dalam hal konsep. Squid Game memiliki konsep yang solid tentang survival game dan itu terealisasi dengan baik di layar kaca. Selain itu, drama ini juga menjadi alegori bagi kritik terhadap kapitalisme. Dengan itu, Squid Game menjadi salah satu drama terpenting tahun ini. Ternyata bisa membuat sebuah konten yang kritis tetapi tetap seru untuk diikuti.


#9 Vincenzo (tvN)

Drama multi-genre ini jelas karya terbaik yang pernah ditulis Park Jae-bum. Dengan rasa hormat juga, saya mengapresiasi sutradara Kim Hee-won yang berhasil mengarahkan drama ini dengan baik. Sering kali, drama yang memuat berbagai genre di dalamnya, gagal menyeimbangkan kualitasnya. Vincenzo, secara kesuluruhan berhasil dalam semua genre: komedi, aksi, drama, dan romansa. Meski sebetulnya secara plot, konsep dari The Fiery Priest masih dipakai di drama ini, Vincenzo tetap memberikan kejutan-kejutan yang tidak kita duga. Satu-satunya yang saya soroti di Vincenzo hanya gerakan tangan yang sampai saat ini menjadi stereotip orang Italia. Penggambaran itu seharusnya bisa ditampilkan dengan lebih sensitif. Selebihnya, Vincenzo sangat menyenangkan untuk ditonton.


#10 Mad For Each Other (Kakao Original)

Mad For Each Other secara mengejutkan mendapatkan hati saya sejak lima belas menit pertama. Drama ini memberi kesegaran di dalam katalog K-Drama. Jarang sekali kita dapat menyaksikan drama semacam Mad for Each Other yang ringan, namun juga penting. Mengangkat tema kesehatan mental, Mad For Each Other sama sekali tidak menyesakkan. Kalaupun beberapa penonton merasa terpantik oleh adegan tertentu, drama ini langsung memberi penawarnya di babak yang lain. Beberapa problem sosial dilihat dengan kacamata yang lebih ramah. Saya juga suka bagaimana drama ini menuntun para karakter untuk berjalan ke depan.


Saya sebetulnya mengalami kesulitan dalam mendaftar drama-drama terbaik tahun ini, saking banyaknya drama yang memiliki kualitas bagus. Selain 10 drama di atas, saya juga mencatat beberapa drama yang menurut saya perlu diberi penghargaan khusus, di antaranya:

Youth of May (KBS2)

Youth of May punya potensi untuk jadi yang terbaik tahun ini. Namun untuk alasan-alasan tertentu, saya tidak bisa memasukkannya ke dalam  daftar 10 terbaik. Berlatar pada peristiwa demokratisasi di Korea Selatan, Youth of May sejujurnya memiliki materi yang solid. Namun, hal-hal seperti visual dan penuturan drama ini seharusnya bisa lebih baik lagi. Saya tidak melihat banyak perbedaan dengan drama atau film yang mengangkat tema serupa. Kemasannya terlalu pasaran. Walaupun demikian, saya tetap memfavoritkan drama ini.

Mine (tvN)

Mine ini bisa dibilang drama makjang yang paling beda dari yang lain. Drama ini tidak sekadar menceritakan perselingkuhan, penipuan, atau pembunuhan, melainkan juga mengukuhkan posisi perempuan yang tidak lemah. Saya rasa sudah jelas kenapa Mine memiliki dikemudikan oleh dua karakter utama perempuan. Selain itu, terdapat isu tentang orientasi seksual yang jarang diangkat oleh drama makjang ataupun drama lain. Meskipun punya banyak plot twist, Mine sangat bertanganggungjawab tidak seperti beberapa drama yang menampilkan twist sekadar untuk mengagetkan penonton, alias apaan sih.

Racket Boys (tvN)

Di luar kontroversi yang melibatkan pemirsa Indonesia, saya rasa Racket Boys memang layak mendapatkan perhatian lebih. Kita jarang sekali mendapatkan drama bertema olahraga yang bagus. Sebelum ini, ada Hot Stove League yang memiliki kualitas di atas rata-rata K-Drama pada waktu itu. Racket Boys dikemas dengan sangat menyenangkan, menghangatkan, sekaligus mengharukan. Keputusan untuk memasukkan unsur keluarga sangat tepat, mengingat drama ini berfokus pada karakter remaja yang berapi-api dan tentu karena ini drama olahraga.

Run On (jtbc)

Suasana yang disajikan drama Run On kurang lebih sama dengan Navillera—hangat. Meskipun Run On juga menghadirkan kisah cinta si kaya dan si miskin, drama ini agak berbeda. Tidak pernah sekali pun karakter si miskin merasa terintimidasi meski keluarga si kaya menentang. Seperti lomba lari, Run On mengajak kita menyaksikan masing-masing karakter berlari pada jalur mereka. Mereka membuat kesalahan, lalu memperbaikinya. Sebuah gambaran kehidupan yang sedang kita jalani. Kalau harus mendeskripsikan Run On dalam satu kata, maka kata itu adalah RELATABLE.

Dr. Brain (Apple TV)

Sejak awal saya sudah menduga Dr. Brain akan menjadi salah satu favorit saya tahun ini. Selain karena ditukangi Kim Jee-won, Dr. Brain mengangkat tema dan konsep yang menarik. Meskipun pada akhirnya Dr. Brain tidak selalu konsisten dalam membicarakan "otak" yang menjadi tema drama ini, tetapi kita tetap disuguhi kualitas papan atas. Tidak hanya fiksi ilmiah, Dr. Brain juga memuat unsur thriller yang seru.


Demikian daftar drama-drama terbaik tahun ini. Ingin saya menyebutkan lebih dari itu, tetapi pembaca pasti kebingungan saat membaca karena saking banyaknya. Maka dari itu saya harus memilih mana yang terbaik. Sejujurnya ada beberapa drama tahun ini yang juga berpotensi masuk ke dalam daftar terbaik. Namun, meski bukan yang terbaik, saya tetap sangat menikmati drama-drama ini: Mr. Queen (tvN), Cheat Me If You Can (KBS2), Yumi's Cells (tvN), The Devil Judge (tvN), Hush (jtbc), My Name (Netflix).

Terima kasih sudah membaca, kalau kawan-kawan pembaca punya daftar pribadi, silakan tulis di kolom komentar. Mari kita berbagi pendapat tanpa ngotot.

Post a Comment

0 Comments