NIGHT OF THE LIVING DEAD (1968): KETIKA MAYAT-MAYAT BERJALAN




 

Directed by George A. Romero

Starring Judith O'Dea, Duane Jones, Karl Hardman, and more


Wow! Dari semua film zombie yang pernah gue tonton, Night of The Living Dead (1968) akan bercokol di top of mind gue ketika orang bertanya soal film zombie paling berkesan di hidup gue. Sejujurnya gue menonton film ini tanpa ekspektasi apapun dan bukan karena gue pengin nonton film ini, melainkan karena gue sedang punya waktu senggang dan asal pilih film. Takdir mempertemukan gue dengan mahakarya ini.

Night of The Living Dead (1968) pada dasarnya adalah film pertama (koreksi kalau gue salah) yang mengangkat konsep zombie modern. Gue tidak tahu apakah sebelum film ini pernah ada film lain yang menceritakan mayat berjalan. Namun yang pasti kita bisa melihat jelas bagaimana Night of The Living Dead (1968) menjadi inspirasi bagi banyaknya film zombie. Tentu film ini bukan film yang sempurna, tetapi mengingat bahwa film ini diproduksi dengan biaya yang terbilang sedikit di tahun 60-an pula, film ini layak diberi penghormatan.

Johnny dan adiknya, Barbara berkunjung ke makam orangtua mereka pada pukul 20.00 waktu setempat. Namun Johnny dan Barbara menyadari ada keanehan hari itu. Hari seharusnya sudah gelap, tetapi matahari masih enggan membenamkan diri. Mereka bergurau tentang masa kecil mereka, tertawa-tawa sambil berjalan menuju mobil mereka sebelum akhirnya sosok aneh mendekati mereka. Seorang pria jangkung berwajah datar berjalan sempoyongan ke arah Barbara. Tak disangka pria aneh itu mencengkeram Barbara dan hendak menggigitnya. Johnny segera menyingkirkan pria itu dari adiknya. Namun pria itu sangat kuat. Johnny tak sanggup melawannya. Dia tumbang oleh pria aneh itu. Barbara lari sekencang mungkin dan masuk ke dalam mobil. Dia pikir masuk ke dalam mobil bisa membnuatnya lebih aman. Nyatanya pria aneh tadi mengejarnya dan memecahkan kaca mobilnya. Pria itu tampak kerasukan. Pria itu bukan manusia!

Night of The Living Dead (1968) dibuka dengan adegan-adegan menegangkan. Setelah zombie pertama muncul, suasana mencekam mulai mendekap. Romero pandai memainkan mood di film ini. Setidaknya sampai dua puluh menit pertama, gue kerap menahan napas. Sinting!

Konsep zombie yang diusung Romero tidak lebih menyeramkan daripada zombie Train to Busan atau Kingdom atau Black Summer yang bisa berlari kencang dan penampakan yang berdarah-darah. Mayat berjalan buatan Romero tampak seperti manusia biasa yang sedang teler. Pergerakan mayat berjalan di film ini sangat lambat meski lebih "cerdas" daripada zombie-zombie Korea, penampakan mereka tidak seberapa menyeramkan, dan mudah dihalau. Namun segala keterbatasan di tahun itu membuat para survivor sulit mempertahankan diri. Belum lagi latar film ini bukan di kota besar, dan para karakter utama terjebak di sebuah rumah tua terpencil.

Night of The Living Dead (1968) ditampilkan dengan layar square hitam putih, scoring yang menyerang jantung penonton perlahan, dan akting para pemeran yang meyakinkan. Menonton Night of The Living Dead (1968) di malam hari adalah ide yang bagus, tetapi juga buruk karena kita seperti dipaksa masuk ke dalam film. Penyutradaraan Romero yang luwes dan nyaris tanpa beban. Kita bisa melihat bagaimana Romero seperti bermain-main dengan penonton lewat perspektifnya. Penuturannya mulus. Konflik antarkarakter pun dibangun dengan sangat baik. Ben yang tidak tahu harus berbuat apa untuk Barbara yang ketakutan, Mr. Cooper yang semenyebalkan Arturo (read: Money Heist), dan karakter lain. Karakter-karakter ini disatukan dalam kegamangan menghadapi mayat hidup di rumah tua dan serba-kekurangan. Semua orang punya caranya masing-masing untuk menyelamatkan diri, sementara berlari menerobos para zombie sendirian bukan hal yang bijak. Mereka berebut kekuasaan, siapa yang akan jadi pemimpin. Pola seperti ini juga kita temukan di film zombie seperti Train to Busan, serial Black Summber, atau bahkan film zombie (yang biasa aja) bikinan Zack Snyder.

Gue secara pribadi suka dengan konflik antarkarakter di film ini; tampak realistis dan dapat dimengerti. Semua orang ingin selamat, tapi tak ada satu pun orang yang bisa dia percaya. 

Selain konflik antarkarakter, gue juga bisa melihat bagaimana Romero ingin memberi tahu para karakter dan juga penonton bahwa komunikasi dan kerja sama adalah dua hal yang penting dalam situasi tersebut. Radio dan televisi menjadi referensi karakter untuk menyelamatkan diri. Informasi begitu berharga. Pemerintah dan para ahli sains terus memberikan update terbaru via radio dan televisi mengenai fenomena pembunuhan massal oleh mayat-mayat hidup. Selain dari observasi para karakter, informasi yang mereka dapat dari pemerintah dan ahli sains mengantarkan mereka pada kesimpulan-kesimpulan. Hal ini sangat relate dengan kondisi masyarakat dewasa ini. Setidaknya itu yang gue rasakan. Menarik menyadari fakta bahwa film yang dibuat di tahun 1968 masih bisa relevan dengan zaman yang sekarang kita tinggali.

Di luar penyutradaraan dan naskah yang ditulis dengan baik, film ini layak mendapatkan respect setinggi-tingginya atas gagasan dan segala keterbatasan. Horor low-budget yang mengejutkan. Biasanya film horor membutuhkan banyak biaya untuk efek, musik, desain produksi, dan hal teknis lainnya. Namun film ini bisa mengatasinya dengan baik meski film ini tidak bisa lepas dari kesan low-budget horror dalam segi visual.

Night of The Living Dead (1968) mungkin bukan film zombie terbaik yang pernah dibuat, dan bukan favorit gue pula. Namun film ini akan tertanam di ingatan gue dalam waktu yang lama. 

Available on Klik Film!

 

Rating:

🌕🌕🌕🌕🌗



Trailer:



Post a Comment

0 Comments