[REVIEW] TEKA-TEKI TIKA (2021)

Directed by Ernest Prakasa
Starring Ferry Salim, Sheila Dara, Morgan Oey, Dion Wiyoko, Eriska Rein, Jenny Zhang, Tansri Kemala, Ayu Laksmi, Kiki Narendra, Dian Sastrowardoyo




Teka Teki Tika (2021) merupakan karya debut Ernest Prakasa di sub-genre thriller & misteri. Sayangnya, film ini sama sekali kehilangan jati dirinya. Saya seperti disuguhi acara realitas yang diatur sedemikian rupa dengan akting kaku dengan dialog-dialog canggung. Ernest Prakasa yang biasanya sangat baik dalam membangun dramatisasi di setiap filmnya, di film ini dia kehilangan sentuhan itu. 
Teka Teki Tika (2021) menceritakan keluarga seorang kontraktor, Budiman (Ferry Salim), yang baru saja memenangkan sebuah proyek. Pada saat mereka asyik merayakan kesuksesan itu, datang seorang gadis bernama Tika (Sheila Dara) yang mengaku sebagai anak kandung Budiman. Huru-hara terjadi, suasana keluarga Budiman tidak hangat lagi. 

Review

Pertama, ini adalah kegagalan terbesar Ernest Prakasa. Mengambil risiko dengan keluar dari zona nyamannya—drama komedi—harus dibayar mahal. Teka Teki Tika (2021) bahkan lebih buruk dari yang saya kira. Ernest kehilangan sentuhan dramanya, apalagi elemen misteri yang penonton harapkan, tidak muncul dalam kemasan yang layak tonton. 
Kedua, film ini punya beberapa momen yang menghibur, tetapi itu sama sekali tidak bisa menambal kebodohan film ini. Film ini dangkal, kosong, dan tidak konsisten. Entah apa yang dipikirkan Ernest Prakasa dan tim, yang jelas film ini tidak menawarkan apapun selain Sheila Dara dan Dian Sastro. 
Ketiga, naskah yang amburadul menyebabkan film ini terlihat sangat murahan. Dialog cheesy, akting canggung, ditambah penuturan yang terbata-bata membuat Teka Teki Tika (2021) ambruk sejak babak pertama.
Keempat, saya pikir kekurangan utama di film ini adalah elemen drama dan misteri, yang seharusnya lebih matang. Melabeli film dengan thriller dan misteri, tetapi justru kedua elemen itu tak tampak ada. Kalau saya boleh memilih bagian terbaik, maka jawabannya adalah 10 menit terakhir. Sayangnya, bagian itu sama sekali tidak koheren dengan apa yang sejak awal dijanjikan. 
Kelima, Ernest Prakasa memiliki ide dan imajinasi yang potensial untuk film ini. Kalau saja eksekusinya baik, saya rasa film ini akan sangat menghibur. Sekali lagi, sayang sekali. 

Tanpa mengurangi rasa hormat, sebaiknya Ernest Prakasa memperbanyak referensi dan... besok besok bikin drama komedi lagi saja. Saya sangat menikmati Cek Toko Sebelah (2016) dan Imperfect (2019), beneran. 

Post a Comment

0 Comments