Broker (2022), Another Kore-eda's Masterpiece


Hirokazu Kore-eda kembali dengan tema keluarga disfungsional setelah Shoplifters (2018). Kali ini, Kore-eda membuka diskursus tentang menjadi orangtua yang layak dan bagaimana anak yang "dibuang" menghadapi dunia lewat film berbahasa Korea pertamanya berjudul Broker. Film yang membawa Song Kang-ho meraih penghargaan Aktor Terbaik di Cannes Film Festival 2022 ini baru saja tayang di bioskop Indonesia.

Broker, seperti judulnya, menceritakan tentang dua orang makelar penjualan bayi yang sedang diburu oleh dua petugas kepolisian. Dua makelar itu di antaranya adalah Sang-hyun (Song Kang-ho) yang memiliki bisnis penatu dan seorang petugas gereja, Dong-soo (Kang Dong-won) yang menerima anak-anak asuh yang ditelantarkan orangtua mereka. Ada semacam kotak untuk menyimpan bayi bagi orangtua yang ingin menitipkan atau "membuang" bayi mereka. 

Suatu malam, seorang ibu muda bernama So-young (Lee Ji-eun aka IU) menaruh bayi di depan kotak tersebut. Namun, dia justru meletakkan bayi itu di bawahnya, bukan di dalam kotak. Di sudut lain, dua orang polisi sedang mengawasinya. Semuanya berawal dari sana.

Keesokan harinya, So-young tampak sedikit menyesal dan ingin mengambil kembali bayi tersebut. Namun, bayinya yang bernama Woo-sung sudah tidak ada. Dong-soo pun akhirnya memanggil So-young untuk bertemu dengan Sang-hyun dan membicarakan masalahnya. Awalnya, So-young bersikeras ingin mengambil kembali bayinya, tetapi setelah mendengar nominal uang yang bisa dia terima jika menjual Woo-sung, So-young menyetujui kesepakatan dengan dua makelar bayi itu.

Mereka pun menemui calon pembeli di kota lain untuk menjual Woo-sung. Mereka tidak sadar bahwa selama perjalanan, mereka dibuntuti oleh dua orang polisi, Soo-jin (Bae Doo-na) dan rekannya Detektif Lee (Lee Ju-young).



Lagi-lagi saya dibuat kagum oleh Kore-eda. Dia dengan sensivitasnya mengurai masalah sosial tanpa menghakimi mana yang benar dan yang salah. Dia justru memperlihatkan perdebatan yang lebih adil dan tidak judgemental. Coba lihat Sang-hyun yang ingin hidup damai bersama anak perempuannya dan ingin bertaubat. Dong-soo, anak yang dibuang ibunya dan mungkin akan menanti seumur hidupnya. So-young si ibu yang belum siap dan merasa tidak layak untuk anaknya. Soo-jin yang mengutuk perbuatan So-young, Sang-hyun, dan Dong-soo. Semua punya alasan. Itu yang ingin Kore-eda katakan, dan membiarkan penonton menafsirkannya.

Pada awalnya, mungkin Broker terlihat seperti cerita soal chosen family biasa. Namun, seiring berjalannya durasi film, layer semakin tebal. Terjadi kasus pembunuhan dan So-young pelakunya -- korban adalah ayah kandung Woo-sung yang ternyata beristri. Kemudian, saat mereka berada di panti asuhan tempat Dong-soo dibuang, kita tahu sepilu apa hidup Dong-soo. Di malam lain, kita juga melihat Sang-hyun bertemu sang anak yang tinggal bersama ibunya, pertemuan yang dingin -- dan menyakitkan. Lalu, di dalam mobil, Soo-jin menelepon suaminya dan minta maaf untuk hal-hal yang tak bisa dia katakan dan lakukan. Kore-eda membawa Broker ke tahap yang tidak pernah saya dan mungkin penonton lain duga. Kreatif, cerdas, dan (yang selalu dia selipkan ke dalam filmnya) humanis.

Seperti Shoplifters dan film-filmnya yang lain, termasuk The Truth (film berbahasa asing/bukan Jepang pertamanya) selalu mengungkapkan bahwa kemanusiaan adalah universal. Kemanusiaan tidak dibedakan oleh bahasa, agama, ras, atau identitas lain. Kemanusiaan lahir bersama manusia, dan itu yang kita butuhkan selama hidup. Broker menabung rasa sejak menit pertama dan membuncah di klimaks. Saat saya mendengar isak tangis penonton yang mulai bersahutan dengan audio bioskop, saat itu juga saya tahu bahwa pesan Kore-eda sampai, atau setidaknya menyentuh penonton. Kita memang tidak perlu memahami semua pesan yang film ini sampaikan, tapi setidaknya rasanya sampai ke hati.

Film ini tidak sempurna tanpa kepiawaian Kore-eda mengemas visual. Saya mendeskripsikan film ini sebagai film yang cantik. Pilihan shot Kore-eda yang minimalis justru terlihat sangat kaya dan indah. Susunan peristiwa terangkai dengan halus, dan tentu saja, sebagai road movie, film ini memiliki transisi yang kreatif dan tidak menyia-nyiakan potensi visual yang ada.

Kore-eda juga mampu memanfaatkan kualitas akting pada pemeran dengan membiarkan beberapa adegan terlihat mentah (baca: sederhana). Misalnya, adegan So-young yang mengatakan "Terima kasih karena sudah lahir" ke Sang-hyun, Dong-soo, Hae-jin, dan Woo-sung. Juga adegan bianglala yang berhasil menumpahkan air mata saya yang sudah mati-matian saya bendung. 

Seperti yang dikatakan media dan banyak kritikus, performa Lee Ji-eun memang luar biasa. Dia mampu mentransfer emosi yang subtil lewat otot-otot wajah dan bibir. Kita juga bisa mendengar emosi itu saat dia bicara. Secara objektif, Lee Ji-eun berhak atas penghargaan Aktris Terbaik di acara penganugerahan film apapun itu. Namun, pemeran lain pun melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bae Doo-na yang pernah bekerjasama dengan Kore-eda di Air Doll (2009) juga tampak nyaman dengan perannya. Lee Ju-young dan Kang Dong-won tampil ciamik seperti biasanya. Dan, tentu saja sang pemenang Aktor Terbaik Cannes 2022, Song Kang-ho, tidak pernah mengecewakan.

Secara keseluruhan, Broker adalah film yang solid di semua sisi. Naskah, teknis, akting. Semuanya membaur jadi paduan yang hangat. Tidak heran, sepanjang film, saya merasa seperti dipeluk. Pelukannya memang kadang mengendur, tapi kita masih tetap bisa merasakannya. 

Sebelum saya mengakhiri ulasan ini, saya ingin mengatakan kepada pembaca sekalian, "Terima kasih karena sudah lahir." 

Broker masih tayang di bioskop Indonesia.

_________________________________

Directed by Hirokazu Kore-eda

Starring Song Kang-ho, Kang Dong-won, Lee Ji-eun, Bae Doo-na, Lee Ju-young

Post a Comment

0 Comments