Review Double Patty (2021): Irene Cantik, Filmnya Enggak!

Kalau lo punya waktu luang, manfaatkanlah dengan baik. Misalnya, jangan menonton film ini kecuali lo Reveluv seperti gue. Semua perhatian gue alihkan kepada Mbak Irene, dan bukan filmnya. Sebab..., nanti gue uraikan di bawah.




Double Patty menceritakan dua orang yang bekerja keras untuk meraih mimpi mereka. Lee Hyun-ji (Bae Joo-hyun aka Irene of Red Velvet) belajar mati-matian agar bisa diterima di perusahaan penyiaran untuk menjadi penyiar berita. Di sisi lain ada Kang Woo-ram (Shin Seung-ho), pegulat muda yang putus asa setelah mentor tercintanya meninggal dunia. Mereka bertemu di sebuah restoran cepat saji yang menyediakan menu tengah malam, double patty murah. Karena sering bertemu dan secara diam-diam saling memperhatikan, mereka pun mulai berkenalan dan saling mendukung.

Sejujurnya sejak pembukaan babak pertama film, gue sudah curiga dengan naskahnya. Film ini dibuka dengan perkenalan karakter utama dengan monolog dan montase riwayat hidup. Mungkin hal itu dilakukan untuk mengefektifkan introduction. Awalnya gue berpikir begitu. Ternyata salah. Setelah intro, aliran plot ini kayak kain yang diterbangkan angin, terombang-ambing, tanpa tujuan, tak punya pijakan. Kacau!

Naskah yang buruk itu dieksekusi dengan gegabah pula. Komplit dah bikin keselnya. Gue tidak mengerti kenapa sutradara Paek Seung-hwan menaruh banyak adegan slow motion padahal useless dan mengganggu, ditambah scoring yang buruk di setiap bagian itu. Momen-momen yang seharusnya kuat secara naratif justru luruh karena directing yang murahan dan asal-asalan. Gue cukup gerah ketika kedekatan Hyun-ji dan Woo-ram dieksekusi dengan asal-asalan. Gue mau nanya, "Lo baru kenal sama seseorang, terus orang itu ngajak lo ke kampung halamannya, di hari itu juga. Apakah elo akan iya iya aja? Nggak kan?" Di film ini, karakter Hyun-ji iya iya aja pas diajak Woo-ram ke kampung halamannya. Alias, aneh banget!

Hanya Irene, Shin Seung-ho, dan soundtrack lagunya, "A White Night," yang dinyanyikan oleh Irene, yang gue sukai dari film ini. Sisanya..., hadeuh.

Sayang sekali Irene harus mengawali debut layar lebarnya di film yang serba-kekurangan ini. Gue juga melihat karakterisasi karakter utama pun sangat lemah. Akting Irene yang potensial seperti tidak berguna. Bahkan di beberapa bagian, Irene tampak kaku dan kebingungan. Semua ini gara-gara naskahnya yang buruk! Gue tidak akan banyak membahas Shin Seung-ho. Aktingnya, seperti yang sudah kita lihat di beberapa drama dan film yang dia bintangi, emang bagus.

Mengusung tema 'mengejar mimpi', film ini justru gagal mendefinisikan yang dimaksud dengan mimpi dan perjuangan menujunya dengan baik. Aspek naratifnya ambyar se-ambyar-ambyarnya. Tidak berkesan apalagi memotivasi.

Materi untuk film ini harusnya dieksekusi dengan durasi 16 sampai dengan 24 jam sebagai serial televisi, tapi dipadatkan menjadi 107 menit. Menumpuk dan materinya tidak tersampaikan dengan baik.

Semoga ke depannya, Mbak Irene bisa lebih selektif dalam memilih naskah film. Eh, bentar, apakah naskah ini beneran dipilih sendiri oleh Irene? Atau dipilihin SM? hihihi. Kaboooor~

Skor: 6/10


Klik di sini untuk menonton via iQIYI. 


Post a Comment

0 Comments