Persepsi (2021), Film Thriller "Eksperimental" yang Gagal Total

 


Directed by Renaldo Samsara
Starring Arifin Putra, Irwansyah, Hannah Al Rashid, Nadine Alexandra, Nino Fernandez

Persepsi (2021) kabarnya telah menyelesaikan syuting sejak tahun 2016. Namun entah karena alasan apa, film ini baru ditayangkan pada tahun 2021. Itu pun tidak di bioskop konvensional, melainkan di layanan streaming Bioskop Online.

Film ini ditulis dan disutradarai oleh Renaldo Samsara. Sebelumnya, Renaldo dikenal sebagai penulis skenario. Jadi, Persepsi (2021) merupakan directorial debut-nya.

Persepsi (2021), bisa dibilang memiliki cerita setipis kertas. Menceritakan seorang ilusionis terkenal yang melakukan eksperimen terhadap empat orang peserta untuk menghuni rumah bekas pembunuhan keji selama lima hari. Jika berhasil, mereka akan mendapatkan uang sejumlah satu juta dollar. Hanya jika mereka berhasil. Dengan mengikuti aturan dari Rufus Black yang ilusionis, mereka hidup bersama di rumah angker itu.

Film ini dibuka dengan cukup menjanjikan sebetulnya, sebelum terombang-ambing oleh ambisinya sendiri. Niat hati ingin mencoba konsep thriller ruang sempit yang lebih segar, tetapi hasilnya tak lebih dari film yang tampak tak punya tujuan apa-apa.

Poin bagusnya, film ini mampu menghadirkan ketegangan dan kengerian dengan lebih intens karena camerawork-nya menggunakan sudut pandang orang pertama. Adegan-adegan jump scare juga cukup mengejutkan. Walaupun sekali lagi, film ini kopong.

Mungkin ini yang menyebabkan adanya pemangkasan durasi oleh tim produksi, yang awalnya 90 menitan menjadi hanya 52 menit. Gue yakin akan sangat melelahkan menonton film seperti ini dengan durasi satu setengah jam. Apalagi untuk orang yang tidak terbiasa dengan pergerakan kamera seperti di film ini, pasti pusing tujuh keliling.

Selain itu, dialog-dialog di dalam film ini terdengar canggung. Padahal diucapkan oleh aktor-aktor ternama yang kita cintai. Kesalahan utamanya tentu ada pada skrip dan penyutradaraan. Kacau. Pada satu momen, karakter A menggunakan dialog kasual, pada kesempatan lain menggunakan dialog formal "saya-anda/kamu". Padahal mereka terlihat akrab sejak awal. Seharusnya masalah penggunaan bahasa bisa lebih santai.

Lalu terdapat plot terpisah yang menceritakan keluarga yang menghuni rumah itu sebelumnya. Namun sampai akhir rasa penasaran penonton tidak berusaha dijawab. Plot film ini mengingkari premisnya sendiri. Belum lagi, dialog yang digunakan oleh karakter yang diperankan Cornelius Sunny dan Nana Mirdad adalah bahasa Inggris. Beberapa pengucapan dan ekspresi tidak sinkron. Penonton seperti disuguhi dua film berbeda dalam satu tayangan. Sungguh aneh tapi nyata.

Satu per satu peserta tumbang. Dan diperlihatkanlah sang pemenang sesungguhnya. Berakhir. Gue pikir kalau saja film ini berakhir di situ, mungkin tidak akan buruk-buruk amat. Tapi tiba-tiba ada twist bajingan di akhir, di mana sepanjang film itu hanya pembacaan naskah film yang divisualisasikan. Maksud gue, mau lo apa sih? Jadi film ini nyeritain apaan? Poinnya apa?

Meskipun di awal dan di akhir Arifin Putra menyimpulkan apa yang dimaksud dengan persepsi, film tetap kopong. Ibarat zombie, film ini berjalan tapi nggak punya jiwa.

Pokoknya jelek. Mending nggak usah nonton deh.

Skor: 2/10

Post a Comment

0 Comments