PIG (2021): A VERY CONFOUNDING YET TOUCHING STORY ABOUT PIG AND VENGEANCE




 
Written and Directed by Michael Sarnoski

Starring Nicolas Cage, Alex Wolff, Adam Arkin



Seorang pemburu truffle, Rob (Nicolas Cage) yang tinggal sendirian di hutan belantara Oregon harus kembali ke masa lalunya di Portland untuk mencari babi pencari makan kesayangannya setelah dia diculik. Dibantu klien yang kerap membeli truffle-nya, Amir (Alex Wolff), Rob memulai petualangannya ke kota yang pernah ia tinggali di masa lampau. Identitas Rob pun perlahan terungkap setelah mengunjungi satu tempat ke tempat lain. Rob bukan orang biasa, itu yang kemudian dipikirkan Amir. Dia terus bertanya siapa sebenarnya Rob dan mengapa orang-orang di kota tahu padahal Rob selama ini tinggal di hutan bersama babinya.


Di sebuah markas seperti bekas rubanah hotel yang menurut film sudah tutup sejak tahun 1958. Sebuah klub tarung atau lebih tepatnya tempat orang-orang berkumpul untuk bertaruh, berkalahi, dan kekerasan lainnya. Rob mengejutkan Amir sekali lagi, setelah Rob menulis namanya di dinding tempat itu dan seketika semua orang terperangah, juga Amir tentu saja. ROBIN FELD, tulis Rob dengan huruf kapital. Semua orang mulai mengeluarkan semua uang yang mereka punya untuk bisa memukuli seorang Robin Feld.


Setelah kejadian demi kejadian, hubungan Rob dan Amir semakin dinamis. Kedua karakter utama ini secara perlahan berjalan dan menggerakkan plot. Perlahan juga Amir menyadari sebesar apa nama Robin Feld di kota itu. Pencarian babi berubah menjadi petualangan dramatis sekaligus misterius.



Review

PIG muncul di antara jajaran rilisan baru 2021 yang sangat ingin gue tonton. Sejujurnya akan lebih bagus jika bioskop sudah dibuka, tetapi keadaan tidak memungkinkan. Sudah lama memasukkan PIG ke daftar tontonan, entah kenapa gue baru bisa menonton hari ini. Mungkin karena trailer film ini sudah membuat gue bete karena terlalu gamblang sehingga gue butuh waktu untuk melupakan apa yang terjadi di trailer tersebut.


Ditulis dan Disutradarai oleh Michael Sarnoski, PIG mampu mengantarkan gue ke dalam abu-abunya kehidupan seorang Robin Feld. Debut penyutradaraan Sarnoski ini sama sekali tidak mengecewakan, meskipun tidak sempurna. Setidaknya PIG menjadi film yang berhasil mencapai tujuannya. Film ini bukan untuk menghibur, bukan untuk mengejutkan, bukan untuk memberi kesan kejam karena pada dasarnya ini film tentang dendam. PIG merupakan perjalanan spiritual Robin Feld menuju masa lalu yang sangat ingin dia lupakan. Seorang legenda yang mengenang kejayaannya, tetapi di sisi lain menatap kehancurannya sendiri di kota yang membesarkan namanya. Sarnoski berhasil memberi kesan itu.


PIG akan sangat akrab bagi para penonton film bertema pembalasan dendam seperti trilogi Vengeance karya Park Chan-wook (Sympathy for Mr. Vengeance, Sympathy for Lady Vengeance, dan Oldboy) yang pernah “mengacak-acak” sinema dunia. Namun jika melihat premis film PIG, tentu saja semua orang teringat hal yang sama: John Wick. Seseorang kehilangan hewan peliharaan kesayangannya, kemudian membalas dendam. Anjing dalam John Wick merupakan simbol, begitu juga babi dalam PIG. Bedanya hanya pada jenis hewan.


Baiknya jangan berekspektasi berlebihan sebelum menonton film PIG. Sejujurnya gue sempat berharap film ini akan seintens Oldboy dan se-bloody John Wick, tetapi ekspektasi itu segera gue tepis setelah lima belas menit pertama. PIG melaju sangat pelan dengan tone yang amat kelam. Bagi kalian yang tidak menyukai film dengan pacing lambat, tanpa letupan plot twist yang mind-fuck, dan berdarah-darah, PIG akan sangat membosankan. Film slow-burn seperti ini harus ditonton dengan sabar dan tanpa ekspektasi supaya kita bisa memahami apa yang terjadi di dalam film dengan baik.


Poin paling menonjol dalam film ini tentunya dinamika hubungan Robin dan Amir yang berawal dari sebatas partner bisnis menjadi hubungan yang kompleks. Perjalanan Robin ke masa lalunya juga ikut menyeret Amir. Siapa sangka masa lalu mereka ternyata berkaitan, juga dengan hilangnya babi kesayangan Robin. Amir menganggap Robin seperti Budha setelah tahu apa yang dilakukan Robin di masa lalu. Kendati, sifat keras kepala Robin kerap membuat Amir pening.


Satu hal lagi yang gue suka dari PIG adalah bagaimana Sarnoski tidak mendramatisasinya secara berlebihan. Film ini mampu menyentuh tanpa sengaja dibuat sebagai tearjerker yang overly dramatic. PIG cukup menggambarkan betapa berharganya babi itu bagi Robin, apa hubungan babi itu dengan masa lalunya, dan segala hal tentang masa lalu Robin dengan sangat nyata. Gue juga suka bagaimana karakter Robin ditulis. Segala idealisme, prinsip, pengaruh, dan karismanya terasa nyata di film ini. Barangkali kita akan bersikap sama seperti orang-orang dalam film ini saat melihat seorang legenda yang hilang bak ditelan bumi mendatangi kita dengan wajah yang berlumuran darah dan baju lusuh.


Beri tepuk tangan untuk performa apik non other than Nicolas Cage dan chemistry-nya dengan alumni Hereditary, Alex Wolff, yang dinamis. Nicolas Cage adalah salah satu aktor yang selalu gue tunggu penampilannya tanpa mempertimbangkan apakah filmnya bagus atau jelek. Satu hal yang pasti, Nicolas Cage selalu konsisten. Penampilannya di film PIG ini barangkali adalah salah satu yang terbaik dari Nicolas Cage. Dia mampu mem-portray karakter Robin Feld dengan sangat baik dan efektif. Dari mimik muka, cara berjalan, hingga intonasi bicaranya benar-benar intimidatif tetapi juga menyiratkan kekelaman Robin. Kita merasakannya.

Penuturan Sarnoski yang minimalis tidak membuat film ini menjadi alakadarnya. Justru penuturan yang sederhana itu tampak bebas dan tidak terbebani oleh ekspektasi bahwa film ini seharusnya begini dan begitu. Memang, menurut gue ada bagian yang gue harap bisa ditonjolkan. Misalnya mengapa istri Robin meninggal, kehidupannya sebagai koki ditunjukkan dengan makanan yang dia buat, dan hubungannya dengan babi hilang itu. Kendati, PIG tidak kehilangan arah. Pada akhirnya gue sebagai penonton mampu memaklumi itu. Sarnoski sepertinya memang ingin membuat film ini sesederhana mungkin meskipun beberapa audiens gue yakin akan kebingungan.


Well, Film ini layak masuk ke daftar film terbaik tahun ini (sejauh ini) yang sudah gue tonton.


Rating:

🌕🌕🌕🌕🌑


Post a Comment

0 Comments