Arini by Love.inc (2022): Potensi yang Disia-siakan

Bioskop Online — Arini by Love.inc



Arini telah menjadi bulan-bulanan lelaki sejak menghilangnya dia secara tiba-tiba dari Richard Ahmad pada Love For Sale (2018). Film arahan Andi Bachtiar Yusuf itu sukses menyuguhkan romance yang berbeda dari biasanya. Oleh karena itu Visinema membuat sekuelnya pada tahun berikutnya, Love For Sale 2, kali ini Arini menyusup ke keluarga Minang. Di film kedua pun, Arini masih menjadi misteri. Ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak penonton, Visinema menghadirkan sebuah prekuel 'fantastis' — setidaknya bila dilihat dari teaser. Kita melihat Arini sedang mengenakan semacam teknologi canggih penghapus memori otak (yang awalnya saya pikir itu adalah kacamata VR ukuran besar).

Film dibuka dengan (sok) misterius dengan font ala-ala film science fiction berwarna neon, pemandangan malam kota ditembak dengan drone perlahan. Percobaan bagus untuk menyuguhkan kesan sophisticated dalam film ini, yang nyatanya gagal mengesankan. Kemudian, kita melihat sosok perempuan yang sangat kita kenal, Arini (Della Dartyan), menarik koper besar dengan tergesa seperti seorang istri yang hendak kabur dari suaminya yang kasar. Namun, seorang satpam melihat Arini, dia mengejar perempuan itu. Arini menyelinap ke tempat yang berisi preman-preman, tapi entah mengapa rasanya sangat canggung. Pada akhirnya, Arini tetap tertangkap oleh Diana (Marissa Anita).

Selanjutnya, pertanyaan paling penting terjawab. Akhirnya kita tahu asal-usul Arini. Seorang perempuan putus asa yang sedang mencari pekerjaan diterima di sebuah perusahaan bernama Love.inc. Kita tidak diberi tahu perusahaan macam apa Love.inc ini. Kita hanya disuguhi rangkaian pelatihan untuk melayani klien yang repetitif dan membosankan.

Secara mengejutkan, salah satu peserta pelatihan bernama Tiara (Kelly Tandiono) mengubah keadaan, mencoba menyadarkan Arini bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja. Kemudian, kita dialihkan pada proses mengenang dua karakter utama lewat catatan dan bahkan huruf-huruf braille yang Tiara tulis di tubuhnya untuk mengingat kehidupan sebelum Love.inc.

Film bergulir begitu saja, mengalir tapi tak punya arah tujuan, tak ada muara. Ibarat manusia, film ini tidak punya jiwa — mungkin lebih cocok disamakan dengan mayat berjalan alias zombi. Film berjalan tanpa otak, selalu berusaha membuat penonton terkesan dengan pernak-pernik (yang sebetulnya tak begitu penting) yang ada di film ini, tapi ya gitu, ambyar!






Belum lagi pengadeganan yang kikuk dan akting yang canggung dan lempeng. Bahkan Marisa Anita tidak bisa menolong film ini. Entah langkah pengembangan seperti apa yang dilakukan Visinema pada franchise ini, tapi mereka gagal. Setelah kesuksesan Ben & Jody yang beralih genre, Visinema justru mlempem di film ini. Saya jadi cukup skeptis terhadap film-film mereka yang akan datang.

Prekuel ini jelas memiliki potensi besar untuk jadi tontonan yang menghibur dan membentangkan banyak gagasan untuk film-film selanjutnya. Namun, tampaknya ini tidak lebih dari sekadar iklan lewat Visinema. Naskahnya miskin ide, penyutradaraan medioker, dan akting yang mengecewakan sudah cukup menghacurkan film ini. Satu-satunya yang bisa dilihat hanya desain produksi (yang juga tidak seberapa — tapi mendingan daripada aspek lain).

Tidak heran mereka merilisnya di Bioskop Online dan dipromosikan secara (hampir) diam-diam alih-alih didistribusikan ke bioskop sungguhan macam Ben & Jody. Saya rasa Visinema juga merasa kecewa dengan proyek mereka yang ini.

Saya sama sekali tidak bisa menikmati film ini dari awal hingga akhir. Film ini adalah yang terburuk yang saya tonton awal tahun ini. Kalau ada penganugerahan film terburuk untuk film Indonesia, jelas film ini pemenangnya. 

___________________________
Directed by Adrianto Sinaga
Starring Della Dartyan, Kelly Tandiono, Marisa Anita, Farish Nahdi


Post a Comment

0 Comments