Kukira Kau Rumah (2022): Directorial Debut Umay Shahab yang Impresif


 

Menyutradarai film panjang pertama di usia yang masih sangat muda, tentu memberi banyak tekanan bagi Umay Shahab, sosok yang dulu kita kenal sebagai Bobby di sinetron 'Eneng dan Kaos Kaki Ajaib'. Siapa sangka di usianya yang baru menginjak 20 tahun, dia sudah duduk di kursi sutradara, dan filmnya cukup mengesankan. Artinya, kehadiran Umay di film ini bukan gimik marketing belaka. Awalnya, saya sangat skeptis terhadap film yang dialihwahana dari lagu populer Amigdala 'Kukira Kau Rumah' ini. Namun, saya sedikit lega setelah trailer-nya rilis. Belum lagi, ada nama Monty Tiwa di bagian development. Setidaknya ada sosok yang bisa membantu Umay menanggung tekanan-tekanan di karya debutnya ini.

Film dibuka dengan simulasi debat di dalam kelas. Seorang mahasiswa yang diperankan Bryan Domani memaparkan pendapatnya soal dampak teknologi yang kemudian diinterupsi oleh Niskala (Prilly Latuconsina), protagonis kita, dengan cukup kasar -- Niskala tetap berapi-api menyanggah opini Lawan debatnya meski Dinda (Shenina Cinnamon) dan Oktavianus (Raim Laode) sudah berusaha menahannya. Sebuah pembuka yang cukup intens dan membuka percakapan di benak penonton soal karakter Niskala. Layar betransisi ke protagonis lain, seorang cowok 'indie' yang puitis dan kesepian bernama Pram (Jourdy Pranata), hidup bersama lagu-lagu yang dia tulis, sehari-hari meminta orang mendengarkan lagu gubahannya, tetapi orang-orang tidak pernah tertarik dengan jenis lagu yang dia tulis.

Kedua protagonis bertemu tatap untuk pertama kalinya dalam kondisi yang tegang. Pram terkekeh saat tak sengaja melihat tugas kelompok yang dikerjakan Niskala, Dinda, dan Oktavianus. Sambil tertawa, Pram meremehkan, "Teorinya banyak yang salah ini." Niskala menyergah dan mereka saling merasa benar. Pertengkaran diakhiri dengan taruhan yang kemudian dimenangkan Niskala. Tak lama setelah itu, mereka menjadi dekat. Kita tidak lagi melihat Niskala yang pemarah, kini dia menjadi periang. Hubungan keduanya membaik, saling melengkapi kekurangan masing-masing -- juga saling menyembuhkan luka. Namun, semua berubah ketika video mereka bernyanyi di kafe viral. Dinda dan Oktavianus ikut mencemaskan kondisi Niskala. Lewat Dinda dan Oktavianus kita tahu bahwa ternyata Niskala mengidap bipolar disorder. Sejak itu pula keluarga Niskala menjadi overprotective, terutama ayahnya (Kiki Narendra).

Di balik kerumitan kondisi Niskala dan hubungannya dengan Pram, 'Kukira Kau Rumah' cukup baik dalam menggelar drama dan sesekali dialog jenaka dari Oktavianus yang menghibur. Namun, pada beberapa momen krusial penyutradaraan Umay melewatkan detail-detail kecil. Misalnya saat Oktavianus mengonfrontasi Pram dan bertengkar dengan Niskala. Bagian itu seharusnya bisa lebih intens jika pengambilan gambarnya menggunakan angle yang lebih jelas. Di scene itu, saya bahkan tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi Oktavianus. Selain terlalu gelap, kamera seperti sengaja tidak ingin merekam Oktavianus. Entah karena di bagian itu akting Laode tidak on point (akting Laode memang kurang konsisten di beberapa bagian drama), atau ingin fokus pada Niskala saja. Bahkan Pram seperti diabaikan di situ.

Bagian lain yang saya rasa agak kurang adalah bagian akhir film. Well, saya menangis di bagian itu dan saya yakin bagian itu memang ditujukan untuk menjadi tearjerker. Namun, lagi-lagi penyutradaraan Umay seperti kehilangan fokus. Di bagian yang melibatkan banyak karakter, Umay masih belum bisa mengoordinasi dan menciptakan dinamika yang seharusnya tercipta. Beruntung kita punya Prilly yang tampil all out. Tanpa Prilly dan musik, film ini pasti hambar. Jourdy Pranata pun tenggelam di film ini. Saya tidak melihat performa yang konsisten darinya. 

Berbicara soal akting, saya tidak bisa mengatakan jajaran pemeran melakukan pekerjaan luar biasa. They're just okay, but not great. Prilly pun, dalam memerankan pengidap bipolar disorder tidak terlalu meyakinkan. Jika saja tidak ada adegan Niskala mengamuk dan tak mau minum obat (ya, tentu akan sangat aneh), kita tidak akan tahu dan percaya bahwa Niskala mengidap bipolar. Tentu kekurangan bukan ada pada Prilly seorang. Naskahnya sendiri kurang menggali kedalaman bipolar disorder. Pengenalan karakter Niskala di bagian awal pun tidak cukup kuat -- beberapa penonton mungkin menganggap Niskala hanya orang yang 'emosian'.

 

Prilly Latuconsina & Jourdy Pranata, Kukira Kau Rumah

 

Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, saya sangat menikmati 'Kukira Kau Rumah' sebagai sebuah film drama yang utuh. Saya juga tidak akan ambil pusing terhadap dangkalnya isu kesehatan mental yang diusung. Film ini membuktikan bahwa Umay Shahab memiliki kemampuan yang tidak boleh diremehkan. Saya sendiri sangat menanti proyek Umay sebagai sutradara berikutnya.

Musik dan kesendirian bersahutan di dalam kehidupan Pram dan Niskala yang 'lain'. Kalau pun ingin dibuat menjadi musikal yang serius, saya rasa materi film ini sangat siap dan layak. 'Kukira Kau Rumah' adalah film yang mengantarkan begitu banyak emosi lewat bait-bait syair dan musik yang puitis tanpa terlihat cringe sedikit pun. 

_______________

Directed by Umay Shahab

Starring Prilly Latuconsina, Jourdy Pranata, Shenina Cinnamon, Raim Laode, Kiki Narendra





Post a Comment

0 Comments